Sabtu, Mei 02, 2009

There was friends are for…


Menatap lembayung di langit Bali
Dan kusadari betapa berharga kenanganmu
Di kala jiwaku tak terbatas
Bebas berandai mengulang waktu
Hingga masih bisa kuraih dirimu
Sosok yang mengisi kehampaan kalbuku
Bilakah diriku berucap maaf
Masa yang tlah kuingkari dan meninggalkanmu
Oh… cinta
Teman yang terhanyut arus waktu mekar mendewasa
Masih kusimpan semua suara tawa kita
Kembalilah sahabat lawasku
Semarakkan keheningan lubuk
Hingga masih bisa kurangkul kalian
Sosok yang mengaliri cawan hidupku
Bilakah kita menangis bersama
Tegar melawan tempaan semangatmu itu
Ow jingga
Hingga masih bisa kujangkau cahaya
Senyum yang mengalahkan hasrat diriku
Bilakah kuhentikan pasir waktu
Tak terbangun dari khayal keajaiban ini…
Ow mimpi…
Andai ada satu cara tuk kembali menatap agung suryamu
Lembayung Bali

Lembayung Bali
Oleh Saras Dewi

Mendengar kembali lirik lagu itu, memaksaku membuka memori beberapa tahun yang lalu saat pertama kali aku mengenal mereka dengan sikap, sifat mereka yang apa adanya. Dengan segalanya aku mengenal orang yang tak pernah aku sangka bakalan menjadi orang terdekatku, yang mampu ada disaat aku hanya cukup memanggil mereka dengan mata bathinku.
Yang selalu mau mendengarkan omelan, ngeliat muka masam yang aku tawarkan saat hatiku tidak untuk tersenyum, membuatkan garis senyum dengan ikhlas untukku, serta mereka yang selalu membantuku melihat apapun yang ingin kulihat.
Tiga setengah tahun bukan waktu yang singkat untuk sekedar mengerti dan menerima kebiasaan orang lain, waktu yang cukup untuk bersabar menawarkan kebersamaan..
Sebuah memori kecil, ketika mereka menyeletuk…
“aku besok pakek apa ya?, pinjem ini, minta itu donk…”
Perihal yang kecil, namun sangat berkesan saat tiap kali diantara kita ribet dengan urusan masing-masing namun dapat dipastiin bakalan ada team sukses yang ada dibalik layar, entah untuk ngefiting baju, make up, promotor ngomong ato ntar yang Cuma nyediain tempat and tissue aja saat endingnya gak sesuai. Sesuatu yang kecil tapi ngangenin, kapan lagi harus membentuk lingkaran buat makan bareng, rebutan sendok, suruh-suruhan nyuci sendok and nuang air, ato berebut naek kapal nabi Nuh (he..he..), ribuet selalu telat berangkat kuliah, tugas mepet gak jelas, selalu ada shief buat ngurus KRS, cerita memori KKN yang gak abis-abis, foto-foto road d’campus, sampek ribet belanja kebaya and make up buat wisuda.. itulah teman, orang yang dengan tulus ngejalanin itu semua…
And it’s time.. bukan waktunya untuk mengakhiri, tapi it’s time to show for all.. bahwa teman nggak pernah tertindas oleh waktu.. Waktu yang tawarkan kebersamaan, tapi jangan pernah rela waktu juga merebut itu semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar