Minggu, April 19, 2009

DasyaTnya SSA

lage nguTak-ngaTik file lawas, tiba-tiba aja tertaRik deNgan satu folder "File KKN". satu folder yang lumayan lama sekitar 8 Bulan lalu. 8 Bulan waktu yang cukup lama, sampe bisa kelarin skripsi. but itulah waktu, cukup unik, takut kehilangan, tapi selalu untuk di kenang.. yach, 8 bulan lalu seperti baaru kemaren aja...

Cukup miris ketika pertama kali menginjakkan kaki di sekolah itu. Sekolah yang secara riil memang seperti sekolah pada umumnya meskipun banyak sarana dan prasarana yang kurang terurus. Yups.. itulah pengalaman pertama dan sangat menarik dari akhir tugas kuliah yang terangkum dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang emang musti wajib banget ditempuh.
Ngenep, Nama desa yang begitu aneh ketika pertama kali ku dengar, gak ada bayangan sedikitpun kondisi yang akan aku hadapi seperti apa.. pasrah.. mungkin itu kata yang pas untuk mewakili semuanya.
But.. it’s real.. semua itu musti dijalanin untuk waktu yang tidak lebih dari 2 bulan. Bayangan yang ada Cuma kita hidup di desa dengan membantu kehidupan mereka khusunya dalam bidang pendidikan, and di Dusun Tumpangrejo, Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang the story was begin…
Sekolah Satu Atap (SSA), satu kosa kata baru yang baru aja masuk dalam memoriku, tak ada bayangan untuk bentuk ataupun segala hal. Dan dari sini aku tahu.. pendidikan emang penting banget dan semua itu sudah diusahain oleh pemerintah kita (terima kasih..) salah satunya dengan didirikannya Sekolah Satu Atap yang berarti kegiatan operasional sekolah terjadi pada dua tingkat. Atau gampangannya sekolah ini didirikan untuk memberikan harapan kepada siswa yang telah menamatkan pendidikan SD untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya di suatu tempat yang emang jauh dari sekolah SMP. So… di desa ngenep terdapat satu SSA yang memberikan aku berjuta pengalaman.
KKN di SSA, jadi semua aktivitas kita gak bakalan jauh-jauh ma anak SD yang ughhh… sorry nech, mereka suka ingyusan… dan anak SMP yang mulai centil dan sedikit mengenal kata “nakal”, tapi kita enjoy ja… kita disini jadi guru-guru yang aneh.. he.. palagi aku yang gak pernah kebayang gimana harus jadi guru.. Jadi guru? Sebenernya kita udah diwanti-wanti dari kampus untuk tidak menggantikan peranan guru dan hanya membantu mengoptimalkan kegiatan belajar serta pengembangannya. Tapi.. it’s fun.. sekalian aja ngambil banyak pengalaman.
Pengalaman gimana ngatur anak-anak yang lumayan bandel, memberi motivasi kepada mereka untuk tetap sekolah. Wah kalo motivasi ini rada susah, gimana tidak.. bukan hal yang aneh ketika pada jam sekolah, bangku mereka kosong. Dan ketika pertanyaan kemana mereka tidak sekolah? Jawaban yang mungkin dapat segara dihafal, yaitu Ngarit (jawa: membantu orang tua di ladang). Pengalaman gimana harus mengajarkan anak kelas dua untuk mengenal huruf dan angka, padahal pada umumnya seusia mereka sudah banyak yang lancar membaca, lalu apa yang salah dengan pendidikan kita? Ada yang salah dengan mereka? Atau sarana apa yang kurang bagi mereka?
Memang tidak dapat ditarik penyamaan dengan anak yang bersekolah di sekolah non SSA, namun paling tidak ada harapan untuk membuat mereka lebih baik. Kalo masalah sarana sich.. gak signifikan banget pengaruhnya, karena faktanya sarana media pembelajaran untuk Sekolah misalnya poster huruf, alat peraga IPA, buku-buku cukup tersedia. Lalu apa?
Sumber daya manusianya kah? Mungkin? Keterbatasan tenaga pengajar mungkin dapat menjadi salah satu faktor. Mengingat tekad anak SSA pada dasarnya sangat besar untuk belajar, namun menurut pengakuan mereka sendiri kadang mereka ke sekolah tapi gurunya malah tidak ada. Betapa tidak, untuk mengurus siswa sebanyak itu, hanya terdapat beberapa orang guru ( 6 orang guru) yang gak setiap hari datang dengan jam sekolah yang jauh dari kata optimal. Dan hal itu itu berlaku pada sekolah SSA di desa Ngenep. Lalu bagaimana dengan dukungan orang tua mereka? So far.. mereka mendukung kalo anak-anaknya masih giat belajar di usai sekolah mereka, meskipun tak sedikit terjadi pernikahan dini di kawasan ini.
Tapi ini semua memberikan pengalaman yang tak ternilai.. so dengan begini jadi tugas kita semua untuk selalu memperbaiki pendidikan di Indonesia, khususnya di daerah terpencil. And untuk para guru atau calon guru, gak ada salahnya tuh mencoba sensasi dasyatnya pengabdian Negara di SSA terpencil kayak gini, he..he..he..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar